Hari demi hari berlalu begitu cepat,padahal rasanya baru kemarin saya menjalani masa MOPD (ospek) di sekolah,dan sekarang tak terasa saya sudah ada di ujung masa sekolah saya di SLTA,seperti layaknya siswa SLTA tingkat akhir menjelang ujian akhir nasional saya pun mengalami kegalauan yang cukup menyesakan dada,yah bagaimana tidak,siswa dituntut mengerjakan soal mulai dari materi kelas 10 sampai dengan kelas 12 dengan waktu persiapan yang bisa dibilang mepet,yah memang sih ada banyak cara untuk mensiasatinya salah satunya dengan mengikuti bimbel yang fokus pada pembahasan soal,atau mempersiapkan segalanya dari jauh-jauh hari,.tapi yah namanya anak muda seperti saya yang masih berleha-leha dan lebih senang bermain saya pun sangat minim sekali persiapan dan lebih berpikir "Bagaimana Nanti Saja" alhasil saya dilanda kegelisahan yang cukup mendalam.
Dan yang lebih membuat saya "galau" sistem UN tahun pelajaran 2013 tidak lagi menggunakan sistem paket A,B,C,D,E seperti pada tahun-tahun sebelumnya melainkan menggunakan sistem barcode, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemdikbud Khairil Anwar Notodiputro menyampaikan, mulai tahun ini naskah soal UN dengan lembar jawaban tidak terpisah. Jika pada tahun lalu peserta didik dapat menggunakan lembar jawaban temannya karena terpisah, mulai tahun ini naskah soal dengan lembar jawaban UN (LJUN) merupakan satu kesatuan. “Naskah soal dan lembar jawaban UN menggunakan sistem barcode ", beliau menjelaskan
Dan yang lebih membuat saya "galau" sistem UN tahun pelajaran 2013 tidak lagi menggunakan sistem paket A,B,C,D,E seperti pada tahun-tahun sebelumnya melainkan menggunakan sistem barcode, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemdikbud Khairil Anwar Notodiputro menyampaikan, mulai tahun ini naskah soal UN dengan lembar jawaban tidak terpisah. Jika pada tahun lalu peserta didik dapat menggunakan lembar jawaban temannya karena terpisah, mulai tahun ini naskah soal dengan lembar jawaban UN (LJUN) merupakan satu kesatuan. “Naskah soal dan lembar jawaban UN menggunakan sistem barcode ", beliau menjelaskan
Beliau menjelaskan, dengan menggunakan barcode, maka peserta ujian
tidak dapat saling tukar kode soal seperti tahun lalu. Beliau
mengungkapkan, kalau keduanya dipisah maka peserta didik akan menjawab
soal secara salah, yang tidak cocok dengan lembar jawaban UN-nya.
“Bayangkan kalau keliru, LJUN A dengan soalnya B, pasti jelek sekali
nilai si anak,” katanya.
Dengan begitu apabila LJUN siswa rusak,maka siswa harus juga mengganti lembar soal dan mulai mengerjakan soal dari awal lagi "oh,God why?"
ditambah paket soal pada UN kali ini dikabarkan sebanyak 20 paket untuk setiap ruang ujian berisi 20 peserta. Meski demikian, jumlah variasi paket soal tiap provinsi sebanyak 30 buah.
nah,terbukti pemerintah memang berusaha meningkatkan mutu lulusan sekolah namun hal yang ini saya sampaikan,kalau kata orang sunda "kok,kitu-kitu teuing" maksudnya kok sampai sebegitunya sebuah ujian menjadi momok menakutkan bagi siswa, mungkin alangkah lebih bijak apabila sistem ujiannya dirubah jadi seperti ebtanas yang kelulusannya masih bisa dipengaruhi oleh sekolah yang mengacu pada kelaukan,sikap,dan nilai sehari-hari siswa disekolah,yah itu cuma pendapat pribadi saya sih.
Dengan begitu apabila LJUN siswa rusak,maka siswa harus juga mengganti lembar soal dan mulai mengerjakan soal dari awal lagi "oh,God why?"
ditambah paket soal pada UN kali ini dikabarkan sebanyak 20 paket untuk setiap ruang ujian berisi 20 peserta. Meski demikian, jumlah variasi paket soal tiap provinsi sebanyak 30 buah.
nah,terbukti pemerintah memang berusaha meningkatkan mutu lulusan sekolah namun hal yang ini saya sampaikan,kalau kata orang sunda "kok,kitu-kitu teuing" maksudnya kok sampai sebegitunya sebuah ujian menjadi momok menakutkan bagi siswa, mungkin alangkah lebih bijak apabila sistem ujiannya dirubah jadi seperti ebtanas yang kelulusannya masih bisa dipengaruhi oleh sekolah yang mengacu pada kelaukan,sikap,dan nilai sehari-hari siswa disekolah,yah itu cuma pendapat pribadi saya sih.